Lompat ke isi utama

Artikel

Menjaga Nyala Api Pengawasan

sss

Oleh: Sumarni Aini Chabibah

 

Di tengah dinamika sosial-politik yang terus berkembang, peran pemuda tidak lagi terbatas pada agen perubahan semata. Kini, mereka juga menjadi aktor penting dalam proses pengawasan partisipatif terhadap kebijakan publik dan program pembangunan, termasuk isu pemilu serta pemilihan. Pengawasan partisipatif merupakan bentuk keterlibatan aktif generasi muda dalam mengawasi dan memastikan jalannya pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan berpihak pada kepentingan rakyat.

Pemuda adalah agen perubahan yang memiliki peran strategis dalam membangun bangsa. Dengan energi, semangat kritis, dan kreativitas yang tinggi, pemuda mampu mendorong transformasi sosial yang signifikan. Di tengah upaya membangun kulitas demokrasi, keterlibatan pemuda dalam gerakan pengawasan partisipatif menjadi sangat penting.

Pada ranah pengawasan pemilu dan pemilihan, tanggung jawab pengawasan bukan hanya tugas Bawaslu, tetapi juga tanggung jawab seluruh elemen masyarakat—terutama pemuda—untuk turut mengawasi dan memastikan bahwa setiap proses pelaksanaan pemilu dan pemilihan sesuai dengan ketentuan yang diatur.

Atas alasan tersebut, Bawaslu Kabupaten Magelang menggandeng kelompok pemuda untuk terlibat aktif dalam pengawasan pemilu dan pemilihan. Berbagai inovasi pengembangan pengawasan partsipatif dijalankan untuk kelompok pemuda, di antaranya program Bawaslu Goes to School, Bawaslu Goes to Campus, dan Saka Adhyasta Pemilu. 

Bawaslu Goes to School merupakan program yang menyasar pemilih  pemula di sekolah-sekolah, sedangkan Bawaslu Goes to Campus dengan sasaran para mahasiswa di kampus-kampus. Sementara program Saka Adhyasta Pemilu merupakan program kesakaan yang berfokus pada pengawasan pemilu.

Tidak banyak yang tahu, Bawaslu Kabupaten Magelang memiliki “harta karun” berharga bagi generasi muda di wilayah Kabupaten Magelang. Harta itu bernama Saka Adhyasta Pemilu. 

Kalau biasanya pramuka identik dengan tali-temali, baris-berbaris, atau kegiatan alam, saka yang satu satu ini hadir dengan wajah berbeda. Saka Adhyasta menjadi wadah bagi Pramuka muda untuk belajar sekaligus terlibat dalam pengawasan pemilu.

Saka Adhyasta Pemilu adalah Saka rintisan pertama di Indonesia yang fokus pada pengetahuan pengawasan kepemiluan. Rintisan ini diprakarsai Bawaslu Provinsi Jawa Tengah pada 18 Juli 2021. 

Di Kabupaten Magelang, tonggak bersejarahnya dimulai pada 31 Agustus 2021, dipelopori oleh Muhammad Habib Saleh—salah satu dari 15 perintis Saka Adhyasta di Jawa Tengah. Sejak saat itu, Saka Adhyasta Pemilu Magelang tumbuh menjadi ruang belajar demokrasi yang nyata bagi para pramuka muda.

Sejak awal tahun 2021 Bawaslu Kabupaten Magelang mengembangkan Saka Adhyasta Pemilu di sekolah-sekolah di wilayah Kabupaten Magelang untuk mensosialisasikan program pengembangan pengawasan partisipatif melalui kesakaan. Program ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai pihak. 

Pada 31 Agustus 2021 terbentuklah Saka Adhyasta Pemilu Kabupaten Magelang, ditandai dengan pengukuhan Mabisaka dan Pinsaka serta Pamong Saka di kantor Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Magelang.

Seiring dengan berjalannya waktu dan upaya sosialisasi oleh jajaran Pamong Saka, keanggotaan Saka Adhyasta bertambah banyak. Tercatat sejak tahun 2021 hingga tahun 2025 150 anggota saka.

Saka Adhyasta memiliki 3 (tiga) krida atau kelompok keterampilan, yaitu Pertama, Krida Pengawasan yang fokus pada pengawasan tahapan pemilu serta pengolahan data dan informasi. Kedua, Krida Pencegahan yang melatih keterampilan mencegah pelanggaran dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Ketiga, Krida Penanganan Pelanggaran yang membekali keterampilan menangani pelanggaran serta penyelesaian sengketa.

Melalui krida-krida inilah anggota saka tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik nyata dalam pengawasan kepemiluan. Dengan moto “Satyaku Kudarmakan, Darmaku Kubaktikan”, pramuka dituntut untuk menjadi pelaku aktif dalam kehidupan bermasyarakat. 

Oleh karena itu, penting untuk mendorong anggota pramuka agar tak hanya aktif dalam kegiatan kepramukaan saja, tetapi juga menjadi bagian dari pengawasan terhadap penyelenggaraan negara, terutama di lingkungan sekitarnya.

Secara sederhana, Saka Adhyasta Pemilu adalah jembatan antara pramuka dan demokrasi. Di sini, anggota saka tidak hanya berlatih kedisiplinan, tapi juga belajar tentang kepemiluan, seperti apa saja tahapan pemilu, jenis pelanggaran pemilu, dan bagaimana cara ikut serta dalam pengawasan dan pencegahan pelanggran pemilu. Dengan begitu, sejak dini mereka terbiasa menjaga nilai kejujuran, keadilan, dan partisipasi aktif dalam kehidupan berdemokrasi.

Dalam kegiatan kesakaan bukan sekadar teori dan aturan pemilu, namun kegiatannya sangat variatif, di antaranya latihan rutin untuk memperdalam pengetahuan kepemiluan, kemah bakti pengambilan badge, gerakan penanaman pohon asuh, dan pelatihan pengawasan siber dengan meghadirkan tim dari mafindo.

Kegiatan rutin lainnya adalah Raimuna Cabang Kabupaten Magelang. Kegiatan ini merupakan perkumpulan pramuka dari setiap sekolah di wilayah Kabupaten Magelang. Selajutnya kegiatan peran saka dan Raimuna Kwartir Daerah Jawa Tengah. Peran saka dan raimuna daerah merupakan pertemuan besar Pramuka Penegak dan Pandega tingkat provinsi. 

Dalam kegiatan ini, Bawaslu Kabupaten Magelang ikut ambil bagian sebagai narasumber di stand Saka Adhyasta dengan materi “Partisipasi Politik dan Pengawasan Partisipatif di Era Digital”. Melalui kegiatan tersebut, anggota saka tidak hanya belajar demokrasi, tetapi juga mengasah kepedulian sosial dan lingkungan.

Peran pemuda dalam demokrasi bukan sekadar wacana, melainkan kebutuhan nyata dalam menjaga dan memperkuat pilar-pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan semangat kritis, inovatif, dan idealisme yang tinggi, pemuda memiliki kekuatan untuk menjadi agen perubahan yang mendorong terciptanya pemerintahan yang adil, transparan, dan berpihak pada rakyat. Oleh karena itu, sudah saatnya generasi muda tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif dalam proses demokrasi—mulai dari ruang diskusi, media sosial, hingga kotak suara. Masa depan demokrasi Indonesia berada di tangan para pemuda hari ini

Artikel