Lompat ke isi utama

Berita

Tantangan Digital Jadi Fokus P2P 2025: Pengawas Muda Didorong Melek Literasi Politik

BAWASLU

Kota Mungkid — Era digital membawa tantangan baru dalam dunia pengawasan pemilu. Dari maraknya politik uang berbasis digital hingga penyebaran hoaks dan disinformasi, semuanya menjadi sorotan utama dalam kegiatan Pendidikan Pengawasan Partisipatif (P2P) Daring 2025 yang dibuka oleh Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, Senin (27/10/2025).

Kegiatan yang berlangsung secara daring ini diikuti oleh ribuan peserta dari berbagai kabupaten/kota, termasuk perwakilan Bawaslu Kabupaten Magelang. Para peserta diajak memahami dinamika pengawasan di tengah perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat.

Koordinator Divisi Penyelesaian Sengketa Bawaslu Jateng, Wahyudi Sutrisno, menegaskan pentingnya literasi digital bagi kader pengawas. “Hoaks dan disinformasi kini menjadi senjata politik. Pengawas harus mampu memilah informasi dan menyebarkan kebenaran,” jelasnya.

Sementara Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran, Ahmad Husain, menilai bahwa kegiatan P2P 2025 merupakan wadah membangun integritas dan profesionalisme pengawas menjelang Pemilu 2029. Ia menyebut, pendidikan semacam ini akan memperkuat fondasi moral dan kecakapan teknis pengawasan di era digital.

Selain itu, peserta P2P juga diajak untuk mengenal pola-pola baru pelanggaran pemilu yang muncul di dunia maya, seperti kampanye terselubung melalui media sosial, penyebaran narasi manipulatif, dan eksploitasi data pribadi pemilih.

Koordinator Divisi P2H Bawaslu Kabupaten Magelang, Sumarni Aini Chabibah, menyampaikan bahwa tantangan digital menuntut pengawas muda untuk adaptif dan cerdas. “Generasi muda pengawas harus melek digital, berani bersuara, dan mampu membaca dinamika politik daring. P2P menjadi sarana penting untuk menumbuhkan pengawas yang tanggap terhadap realitas digital,” ujarnya.

Ia menambahkan, Bawaslu Kabupaten Magelang akan memperkuat literasi digital pengawasan di kalangan pemuda dan mahasiswa melalui kolaborasi kampus, organisasi kepemudaan, dan media lokal. “Kita ingin pengawas masa depan bukan hanya jujur, tapi juga cakap teknologi,” tegasnya.

Penulis: desiana